Site Loader
D'Botanica (BTC) Mall. P01/01. Pasteur, Bandung.

Seyogyanya masalah ada untuk membuat manusia semakin kuat dan bergantung kepada Tuhan. Eh, yang terjadi justru sebaliknya! Yang menyedihkan, kehadiran masalah ditambah keberdosaan manusia, suami-isteri bicara tapi malah makin terpisah. Makin berkata-kata malah makin jauh. Saat menghadapi masalah, saling menyalahkan.

Suami menyalahkan isteri. ”Kamu sih orangnya, pelupa! Semua orang juga bilang kamu payah. Sekarang lihat kamu yang bikin semua ini jadi begini. Saya jadi percaya kamu memang payah. Ini semua gara-gara kamu. Aku kan kemarin sudah bilang, jangan begitu! Dasar tidak mau dengar kata-kata suami!”

Isteri sakit hati, dituding-tuding dan tentunya tidak mau dikata-katai. Bagaimana reaksinya? Ada dua kemungkinan:

1. Dia akan membalas dengan menyalahkan suaminya kembali (kalau berani). Atau mencari korban lainnya, anak-anak, pembantu, dan binatang piaraan (kalau ada) di rumahnya.

2. Kalau tidak berani, akhirnya menyalahkan diri sendiri, ”Memang aku isteri yang bodoh dan payah.” Isteri jadi stress, tidak bahagia, dan membangun self-pity, ”Yah, aku lagi yang salah.”

Pastinya komunikasi seperti ini menanam kepahitan demi kepahitan sampai berakhir dengan kehancuran pernikahan.

Sistem komunikasi seperti apa yang sudah terjadi dalam pernikahan Anda?

Jika begini terus, keberadaan bersama pasangan tidak lagi bisa dinikmati…

Yuk cari pertolongan.

Pdt. Chang Khui Fa
Passionate Marriage Mentor.

Dikutip dari “GARAM & TERANG Bagi Keluarga,” hal. 79.

Post Author: admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *