Site Loader
D'Botanica (BTC) Mall. P01/01. Pasteur, Bandung.

3 Macam Komunikasi I and I, I and It & I and Thou.

‘I and I’ artinya apa?

Menguasai pembicaraan. Misalnya, seorang isteri yang bicaranya tidak habis-habis. Berkata-kata terus, nggak ada titik, tak ada koma, berpindah dari satu topik ke topik lain tanpa membutuhkan jawaban atau respon suaminya.

”Pa, tahu enggak, tetangga sebelah tuh orangnya…, dilanjutkan… pembantu kita seharian ngapain aja tuh di kamar…, berikutnya… anakmu tuh tadi di sekolah…”

Berbicaranya searah, sewaktu berkata-kata, ternyata apa yang dibicarakan hanya manifestasi dirinya saja. Perkataannya hanya untuk pelampiasan emosi, memang lidah tak bertulang. Berbicara hanya untuk memenuhi kepuasan diri sendiri. Pasangannya sih ada di sisinya, tapi cuma sebagai aksesoris.

Bagaimana suami yang berbicara dengan mode I and I? Wah…ngomongin segala macam rupa, dari urusan kantor, kartu kredit, perang dunia, sampai pemilu presiden. Giliran isterinya meresponi, sang suami tidak mau mendengarkan. Kecuali isterinya bisa menjawab sesuai kemauannya saja.

Sesungguhnya sang suami sedang bicara dengan dirinya sendiri. Bila istrinya memberi pendapat lain, suami tersinggung.
”Ntar dulu, kamu nggak ngerti yah, makanya dengerin dulu, saya belum selesai.”

I and I tidak mengenal diskusi. Maunya didengarkan saja. Dia ingin, waktu bicara, betul-betul dihormati dan dihargai. Pasangannya tidak perlu memberikan pendapat. Bikin pusing aja! Apalagi jika kasih pendapat yang berbeda. Kalau beda, saya marah nih!

I and I bergerak dalam lingkaran sentripetal. Bergerak ke dalam, dia berinteraksi sendirian. Asyik dengan dunianya sendiri dan tidak peka akan dunia luar.

Dia orang yang sangat egois. Kamu ada hanyalah untuk mendengarkan aku.

Macam kedua adalah komunikasi I and It, artinya seorang yang menganggap lawan bicaranya bukan pribadi, tapi benda. Waktu bicara, heran sekali, biasa perintah-perintah semaunya. Pasangannya dimanipulasi.

Saya tidak peduli kamu sedang apa, saya tidak peduli kebutuhanmu, saya tidak perlu tahu perasaan kamu. Pokoknya kamu ada untuk memenuhi kebutuhan saya. “Ambil ini! Kerjakan itu! Kamu buatkan ini, buatkan itu!”

Waktu sedang butuh, pasangannya diajak bicara (padahal isinya hanya perintah). Waktu tidak butuh, didiamkan. Seenaknya saja memperlakukan pasangannya, ya… betul-betul seperti barang, lagi perlu diambil dan dipakai. Kalau sudah tidak perlu, disimpan di gudang atau didiamkan di pojokan rumah.

Pasangan yang diperlakukan seperti benda, pasti akan merasakan ketidak-nyamanan saat bersama pasangannya. Hatinya menjerit! ”Kamu anggap saya itu apa? Pikirkan dong perasaan saya?” teriaknya dalam hati. Tapi tak berdaya, bagai burung patah sayap.

Manusia yang telah jatuh dalam dosa, bisa berkata-kata melukai tanpa merasa. Itulah sebabnya Kristus mati di atas kayu salib untuk menebus segala dosa kita. Puji TUHAN DIA sudah bangkit mengalahkan dosa & maut!

Jika Kristus sudah hadir dalam keluarga, barulah kita mampu berbicara ‘I and Thou”, Aku dan Dia. Person to Person.

(bersambung)

Pdt. Chang Khui Fa
Passionate Marriage Mentor

Dikutip dari “GARAM & TERANG Bagi Keluarga, hal. 85-87

Post Author: admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *