Komunikasi ‘I and Thou” membutuhkan kesadaran. Kepekaan yang tinggi memilih kata-kata, tahu berbicara dengan siapa, tahu pembicaraan mau mengarah ke mana.
Seseorang dapat merasakan kalau percakapan mulai naik tensinya. Bisa dari nada, mimik wajah, ataupun gerak-gerik. Dia sadar dan peka, karena sambil bicara, tetap memperhatikan pasangannya. Tahu, apakah percakapan itu dapat dilanjutkan, ataukah harus di-break dulu. Komunikasi I and Thou paham motivasi terdalam, mengapa saya berkata sesuatu.
Jika kurang peka, biasanya tidak tahu arah pembicaraan mau ke mana. Walau sudah naik tensi dan naik emosi, tidak peduli… Ngomong terus! Itulah model I and I atau I and It. Sedihnya, sering kali ada suami atau isteri, motivasinya tidak baik: Sengaja berbicara sesuatu untuk menjatuhkan sampai sakit hati!
Tanpa kehadiran Kristus, ngeri sekali membayangkan kehidupan rumah tangga. Dalam komunikasi saja, berkata-kata kasar dan ingin menghukum. Sengaja merancang kalimat untuk menjatuhkan pasangan. Mengapa seseorang bisa sampai begitu? Karena ingin membalas.
Mungkin, kemarin-kemarin suaminya lupa sesuatu yang sangat dia perlukan. Mulailah sang isteri, entah apa motivasinya, menyindir-nyindir. Waktu didengar sangat tidak enak. Apalagi di depan anak-anak. Mereka jadi kehilangan hormat pada orang tua. ”Ih, mama kok ngomongnya gitu sih sama papa?”
Sebaliknya, dalam komunikasi ‘I and Thou’ timbul keinginan saling mendengar, timbul suasana yang dialogis. Setelah suami bicara, gantian isterinya, suami sekarang mendengar. Ada saling penerimaan atas pendapat yang berbeda sekalipun, karena menghargai pasangan sebagai manusia seutuhnya yang memiliki emosi, pikiran, dan kehendaknya sendiri.
Komunikasi I and Thou menuntut suami-isteri melatih kemampuan berkonsentrasi pada apa yang dikatakan pasangan. Jika sedang lelah, tentu susah sekali menerapkan I And Thou.
Mempraktekkan I and Thou suami isteri harus mencari tempat dan waktu yang tepat. Ditambah keadaan tubuh yang prima. Bukan di tengah kelelahan, karena harus memberikan konsentrasi yang terbaik supaya komunikasi terjalin lancar.
Mari kita menciptakan waktu berdua dengan pasangan sebagai moment yang indah untuk berkomunikasi. Saat Tuhan hadir bersama kita, komunikasi seperti apa yang Dia ingin dengarkan? I and I, I and It, atau I and Thou?
Pdt. Chang Khui Fa
Passionate Marriage Mentor
Dikutip dari “GARAM & TERANG Bagi Keluarga”, hal. 87 – 89